DARI sebuah sekolah milik gerakan Thaliban di Afghanistan, terdengar lantunan hafalan kitab suci Al-Quran mendayu-dayu. Tiba-tiba saja, suara keras mullah, pengajar di sekolah itu, menghentikan lantunan ayat-ayat suci --firman Tuhan itu. Sang mullah menunjuk seorang anak. Tanpa diduga, dengan tenang, anak laki-laki yang ditunjuk sang mullah mengangkat sebuah senapan serbu AK-47. "Ini AK-47, senjata untuk membunuh mereka yang menentang Allah," katanya lantang.
Gambaran sekolah Thaliban itu muncul dalam film Kandahar, garapan sutradara terkemuka Iran, Mohsen Makhmalbaf, yang sempat diputar di beberapa bioskop Jakarta beberapa pekan lalu. Menurut sutradaranya, apa yang dihidupkannya kembali dalam film memang benar-benar berlangsung di sekolah-sekolah Thaliban. Sebelum menggarap filmnya, Makhmalbaf memang sempat menyusup ke wilayah-wilayah Afghanistan yang ketika itu masih dikuasai Thaliban.
Mohsen Makhmalbaf besar kemungkinan memang berkata apa adanya. Sebab, sudah jadi pengetahuan umum bahwa, sebagaimana di semua tempat bergolak lain di dunia, senapan serbu AK-47 pasti merupakan perkakas paling populer di Afghanistan. Sudah lama, hampir semua gerakan kaum pinggiran, atau gerakan perlawanan bersenjata, di muka bumi ini memilih AK-47 sebagai senjata wajib. Bagi sejarah dunia, Avtomat Kalashnikov (AK)-47 memang tak bisa tidak telah menjadi simbol revolusi.
Mulai dari pemberontak, gangster, hingga pejuang kemerdekaan, sangat akrab dengan senjata serbu ini. Lihat saja kelompok perlawanan dan pejuang kemerdekaan di Palestina, Angola, Vietnam, Aljazair, hingga Mujahiddin Afghanistan; mereka semua menggunakan AK-47 sebagai senjata perlawanan menghadapi para penindas. Reputasi AK-47 boleh dikata malah telah jauh melampaui tahapan mitos.
Mikhail Kalashnikov, perancangnya, pernah punya pengalaman menarik. "Ketika bertemu dengan menteri pertahanan Mozambik, ia menghadiahi saya sebuah bendera Mozambik. Saya kaget, gambar senjata Kalashnikov ternyata menjadi bagian tak terpisahkan dan tertera di bendera negeri itu," tutur Mikhail Kalashnikov. Keterkejutan Kalashnikov tak berhenti hingga di situ. Menteri Pertahanan Mozambik mengatakan kepadanya, ketika pejuang-pejuang kemerdekaan Mozambik pulang ke kampung halaman masing-masing, mereka ramai-ramai menamai anak-anaknya dengan nama "Kalash".
Dipakai Amerika, Israel, dan Hezbollah
TIDAK hanya di Mozambik, Kalashnikov dan senjata bikinannya dikenang orang. Lihat saja di Lebanon. Kelompok pejuang Islam Hezbollah juga mencantumkan gambar AK-47 dalam bendera mereka. Illustrasi AK-47 turut membentuk aksara yang merangkum tulisan "Allah" dalam bendera itu. Dan organisasi pergerakan yang mencantumkan Avtomat Khalashnikov dalam lambang atau emblem mereka jelas tak hanya Hezbollah.
Tapi, apa yang menyebabkan senjata ini sangat populer, hingga bisa disebut sebagai senapan serbu yang paling banyak digunakan di dunia? Senjata serbu AK-47 adalah senapan kaliber 7,62 mm buatan Uni Soviet, yang menembak dengan cara otomatis maupun semi otomatis. AK-47 jenis standar, yang diproduksi pertama kali pada 1949, punya gagang yang terbuat dari kayu. Sementara jenis yang lebih kontemporer, yang dikenal juga dengan nama AKS, punya gagang metal yang bisa dilipat.
Ada pula AKM, jenis yang lebih modern, yang dikeluarkan pada 1961, punya tempat bayonet dan selongsong peluru lebih tegak. Tetapi, seluruh jenis senjata AK itu punya kesamaan. Semua jenis AK bisa dipasangi pelontar granat dan, yang lebih penting, bisa tetap berfungsi dalam kondisi yang sangat ekstrem. AK bisa tetap berfungsi baik di wilayah dengan temperatur ekstrarendah, mudah digunakan dalam kendaraan yang bergerak cepat, bahkan masih tetap berfungsi walau telah dibenamkan di dalam air, lumpur, atau pasir.
Selain itu, harga AK juga relatif lebih murah dibandingkan dengan senapan serbu lain sekelasnya. Kebandelan dan ketangguhan AK ini bisa dengan mudah membuat kelemahannya, yakni kecenderungan larasnya untuk mudah panas, tak lagi ringan atau akurat menurut ukuran senjata modern, seolah terlupakan. Kepopuleran senapan serbu AK memang sulit dilawan. Bahkan tentara Amerika dan Israel juga selalu punya persediaan senjata jenis ini. Mereka akan menggunakannya jika menyusup dan tak ingin dikenali pasukan lokal di wilayah tertentu. Hingga kini, varian AK yang teranyar masih menjadi standar di berbagai kesatuan elit dunia. Satuan elite kepolisian Republik Indonesia, Brimob misalnya, masih tercatat menggunakan AK-101.
Legenda Kalashnikov berawal dari Desa Kurya, sebuah desa kecil di wilayah Altai, Siberia Barat, Rusia. Di desa itulah, pada 10 November 1919, lahir Mikhail Timofeevich Kalashnikov, perancang senapan serbu AK-47. Mikhail Kalashnikov lahir sebagai anak ke-17 dari 18 anak keluarga Kalashnikov. Keluarga petani ini sangat miskin hingga, dari 18 anak itu, hanya enam yang bisa bertahan hidup. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah sembilan tahunnya, Mikhail Kalashnikov muda magang di stasiun kereta api Matai.
Bergabung Dengan Tentara Merah
TAK lama kemudian, Kalashnikov pun diterima bekerja sebagai petugas teknik di Departemen Kereta Api Turkistan-Siberia. Sejak muda Mikhail Kalashnikov sudah menunjukkan ketertarikan yang luar biasa pada soal-soal senjata. "Sejak pertama kali saya melihat pistol bisa dipecah-pecah menjadi bagaian yang lebih kecil, saya sudah tahu bahwa takdir saya terkait dengan senjata," katanya kepada The Moscow Times. Pada 1938 garis hidup Mikhail Kalashnikov menjadi jelas ketika ia dipanggil untuk masuk dinas militer Tentara Merah Uni Soviet.
Oleh Tentara Merah, Mikhail Kalashnikov dinilai punya bakat sebagai teknisi, hingga ia dikirim untuk belajar ke sekolah mekanik tank di Kiev. Sebagai teknisi tank, prestasinya tak mengecewakan. Satu di antara peralatan yang pernah dirancang Kalashnikov di Angkatan Darat adalah peralatan penghitung untuk mencatat jumlah tembakan yang diletuskan dari senjata tank. Kalashnikov juga mendesain pengukur jarak tempuh tank, dan peralatan khusus yang meningkatkan efektivitas tembakan senjata yang ada di menara putar tank.
Pada Juni 1941, Mikhail Kalashnikov sebenarnya telah diundang datang ke Leningrad oleh Komandan Tentara Merah, Jenderal G.K. Zhukov, untuk memikirkan penerapan dan penyempurnaan temuan-temuannya. Tetapi, pada tahun itu juga meletuslah Perang Dunia I, dan Kalashnikov diangkat menjadi komandan tank T-38, dan terjun ke medan perang. Dalam sebuah pertempuran melawan pasukan Nazi, Oktober 1941, Kalashnikov terluka di bahu dan punggungnya. Kalashnikov pun masuk rumah sakit.
Di rumah sakit, pertanyaan seorang prajurit yang terbaring di sebelah tempat tidurnya membuat Kalashnikov tak bisa tidur. Prajurit itu bertanya dengan lugu, mengapa prajurit Soviet cuma punya satu senjata untuk dua atau tiga orang, sementara setiap tentara Jerman bisa punya senjata otomatis yang bagus. "Maka saya pun merasa perlu mendesain sebuah senjata baru. Karena saya prajurit, maka saya berniat merancang senapan mesin khusus untuk prajurit," kata Kalashnikov.
Itulah asal mula kelahiran senjata serbu Avtomat Kalashnikov, atau yang kelak lebih dikenal sebagai AK-47. Pertanyaan prajurit muda itu menumbuhkan keinginan dalam diri Kalashnikov untuk merancang senapan mesin yang bisa membawa peluru banyak, namun cukup ringan, serta bisa diproduksi massal dengan biaya murah. Untuk itu, Kalashnikov tak bosan-bosannya mempelajari senjata semiotomatis Schmeisser yang telah berhasil dikembangkan pasukan Jerman. Dibandingkan dengan senjata pasukan Soviet, Schmeisser memang jauh lebih baik.
Stalin Tidak Tertarik
KETIKA sedang menjalani cuti sakit di Matai, Kalashnikov memakai kesempatan itu untuk bekerja di bengkel yang ada. Ia bekerja lumayan keras untuk mengerjakan rancangan awal desain senjatanya. Ketika model contoh senjatanya siap, Mikhail Kalashnikov membawanya ke Institut Aviasi Moskow. Pada Juni 1942, model kedua dari senjata serbu ini berhasil diselesaikan di bengkel Institut Aviasi Moskow. Model inilah yang dikirimkan ke Akademi Perlengkapan Perang Dzerzhinsky.
Melihat model yang dikirimkan, ilmuwan Soviet yang paling terkemuka di bidang persenjataan, A.A. Blagonravov, sangat tertarik. Blagonravov memang tak merekomendasikan senjata itu untuk digunakan oleh Tentara Merah, tapi ia mengaku terkejut melihat bakat si pembuat senjata. Hasil karya Kalashnikov dinilai Blagonravov sangat orisinal. Ketertarikan ini membuat Blagonravov memutuskan untuk mengundang Kalashnikov belajar studi senjata di bawah bimbingannya.
Maka sejak 1942, secara resmi Kalashnikov pun menjadi pegawai di Pusat Riset Senjata Ringan di Direktorat Persenjataan Utama Tentara Merah. Pada 1944, Kalashnikov berhasil menciptakan sebuah model percobaan yang jauh lebih baik dengan karabin yang bisa mengisi sendiri. Model inilah yang dalam pengembangannya kemudian berhasil mengatasi berbagai pengujian berat Angkatan Darat Soviet. Pada 1947, senjata hasil buah pikir Kalashnikov itu pun mulai dibuat secara massal.
Angka 47 di belakang inisial Avtomat Kalashnikov memang menunjukkan 1947, tahun produksi massal pertama senjata itu. Pada awalnya, senjata ciptaan sersan Kalashnikov ini tak dilirik sama sekali oleh Joseph Stalin dan petinggi Rusia lainnya. Mereka tetap jauh lebih tertarik pada senapan Simonov (SKS) yang pada saat itu sangat terkenal. Baru pada 1949, temuan Kalashnikov ini ditetapkan sebagai senapan resmi Tentara Merah, sekaligus dibaptis dengan nama resmi "Kalashnikov".
Pada tahun itu pula Kalashnikov sekaligus memperoleh penghargaan Hadiah Stalin Kelas Satu. Sejak 1949, Mikhail Kalashnikov, yang memilih tinggal dan bekerja di Izhevsk, berubah dari penemu otodidak menjadi perancang senjata paling terkemuka di Angkatan Darat Uni Soviet. Satu di antara pencetus popularitas AK-47 adalah Perang Dingin.
Masih Mendesain "Saiga"
PADA masa Perang Dingin itu, Uni Soviet rajin mengekspor AK-47 ke berbagai negara Eropa Timur dan sekutu-sekutunya di belahan dunia lain. Dengan enteng Uni Soviet memberikan cetak-biru senjata serbu ini kepada Polandia dan Bulgaria. Sejak itu, popularitas AK-47 pun tak terbendung. Hingga kini, tercatat tak kurang dari 55 negara yang angkatan bersenjatanya menggunakan AK-47 --atau tiruannya. Dan berkat prestasinya, pemerintah Uni Soviet pun memanjakan Mikhail Kalashnikov dengan berbagai penghargaan.
Selain dianugerahi Penghargaan Stalin, Kalashnikov juga memperoleh sederet penghargaan lain. Misalnya Penghargaan Pahlawan Buruh Sosialis pada 1958 dan 1976, Penghargaan Lenin 1964, dan sederet panjang penghargaan lain. Pada 1971 ia memperoleh gelar doctor honoris causa dalam ilmu rekayasa teknik. Pangkat kemiliterannya pun terus menanjak. Ia pensiun dengan pangkat terakhir mayor jenderal.
Kini, di usia 83 tahun, Kalashnikov masih menetap di Izhevsk, kota industri di kaki Pegunungan Ural. Ia hingga kini masih mendesain senjata, yakni senjata serbu "Saiga" yang masih bisa dikatakan sebagai pengembangan lebih jauh dari AK-47. Senjata berburu ini diekspor oleh Kalashnikov Joint Stock Co., sebuah industri diversifikasi dari Perusahaan Senjata Izhevsk.
Bagaimana kini Mikhail Kalashnikov bisa membenarkan begitu banyak darah yang telah tertumpah dan begitu banyak nyawa yang telah melayang akibat senjata rancangannya? Kepada The Independent, Kalashnikov memberikan jawaban. Menurut dia, semua konflik yang melibatkan senjata rancangannya muncul karena selalu akan ada pihak yang ingin berbicara dengan kekuatan senjata. "Tetapi saya percaya, akan datang suatu hari ketika senjata saya tak diperlukan lagi," katanya.
Bagi Kalashnikov, tujuannya menciptakan AK adalah untuk mempertahankan tanah air. "Bukan salah saya jika kelak Kalashnikov menjadi begitu populer di seluruh dunia, dan digunakan dalam begitu banyak wilayah konflik," katanya. Menurut Kalashnikov, yang harus disalahkan adalah kebijakan negara, bukan perancang senjatanya. Tetapi, jauh di dalam hatinya, Kalashnikov tak hanya ingin dikenal sebagai perancang senjata pembunuh.
"Saya juga ingin dunia tahu, bahwa saya tak menghabiskan hidup hanya untuk merancang senjata. Saya juga menulis beberapa buku," kata Kalashnikov. Dengan buku-buku itu Kalashnikov ingin menyampaikan pesan abadi ke masa depan. "Saya ingin mengajarkan pada kaum muda, bagaimana cara yang benar untuk mencintai keluarga, orangtua, dan juga mencintai sejarah," katanya.
sumber : lintasberita.com
sumber : lintasberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar